OPINI - Jika di debat ke-4 Gibran jadi perbincangan karena "sikap tidak eloknya" kepada Prof Mahfud, Muhaimin Iskandar dan Tom Lembong. Di debat terakhir capres, bagaimana Emosi dan Gagasan para capres yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo?
Meski publik sudah memprediksi bahwa debat adalah panggung Anies Baswedan. Kecerdasan Anies menginisiasi dan mengurai gagasan hampir tidak mungkin bisa diimbangi oleh kedua capres lainnya. Baik di dua debat sebelumnya, dan akan terulang di debat berikutnya. Ini soal jam terbang.
Debat gagasan menarik. Bahkan sangat menarik bagi mereka yang berpendidikan. Tapi, bagi orang awam, emosi capres seringkali justru lebih mendapat perhatian. Soal emosi, publik akan lebih tertarik dan fokus ke Prabowo. Di sisi ini, Prabowo dianggap punya masalah.
Inilah kesempatan terakhir Prabowo untuk menunjukkan bahwa ia tidak sebagaimana dipersepsi publik selama ini. Sebagai pemarah dan tidak matang secara emosional. Penilaian ini wajar mengingat di dua debat sebelumnya, Prabowo tampak emosional, sehingga tidak keluar apa yang ada di kepalanya. Terlihat begitu menahan amarah saat ditanya tentang kinerjanya di kemenhan.
Fatalnya, Prabowo justru menyerang Anies di luar panggung debat. Setiap debat selesai, Prabowo melakukan "olok-olok" kepada Anies. Seperti "Ndasmu Etik" dan kata-kata "goblok". Meski tidak menyebut nama, tapi publik paham bahwa arah serangan Prabowo itu kepada Anies Baswedan. Apakah hal yang sama akan terjadi pasca debat terakhir nanti malam (4/2)?
Prabowo mesti menyimpan banyak oksigen, menghirup nafas agak panjang, agar di dalam debat terakhir nanti malam bisa menahan diri dan tidak terpancing atas pertanyaan tajam dari Anies maupun Ganjar. Supaya dalam debat, ada perdebatan gagasan dan adu data yang lebih menarik. Bukan adu joget.
Jangan bilang: "data anda salah". Tapi tidak menunjukkan dimana salahnya, dan apa data yang dimiliki. Ini juga fatal. Ini debat presiden. Harusnya siap data, argumen dan gagasan. Ini lebih mendidik terhadap rakyat.
Di media dan medsos, banyak pendukung Prabowo yang cukup rajin dan disiplin bilang "hoaks" setiap ada negative campaign kepada Prabowo. Sayangnya, mereka seringkali tidak punya data tandingan untuk membuktikan data yang di-stigma hoaks itu. Publik akhirnya menilai bahwa kata "hoaks" sepertinya sengaja dipakai sebagai strategi untuk menutupi semua kelemahan dan kesalahan yang dilakukan oleh Prabowo.
Kerja Tim Mawar 1998 yang kemudian diungkap diantaranya oleh Wiranto, Agum Gumelar, korban dan keluarga korban dianggap hoaks hanya karena tidak disajikan secara utuh. Selama potongan video itu tidak bertentangan dengan substansi keseluruhan pernyataan yang di dalam video, maka itu tidaknbisa dibilang hoaks. Ini yang orang sering salah paham.
Namanya juga politik. Dikit-dikit bilang hoaks, supaya publik gak percaya. Dari pada bilang "hoak" dan itu bentuk kampanye yang tidak bermutu, kenapa tidak memasifkan saja gagasan-gagasan Prabowo yang diungkap di debat? Atau sosialisasikan saja prestasi Prabowo di Kemenhan, seperti food estate, misalnya. Ini akan menjadi dialektika yang mencerdaskan buat rakyat. Tidak hanya bilang: hoaks...hoaks...hoaks... Gak mutu !
Nah, di dalam debat terakhir malam ini, gagasan hebat apa yang ingin ditawarkan Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden? Yang selalu tidak luput dari perhatian publik, sikap seperti apa yang ingin ditunjukkan oleh para capres, terutama Prabowo? Sematang apa emosi capres, utamanya Prabowo mengingat dua debat sebelumnya hal ini justru mendapat perhatian khusus?
Kenapa menyoal emosi? Dua debat sebelumnya, sikap emosional capres telah merusak suasana debat. Gagasan tidak keluar, jawaban ngelantur. Isi kepala bungkam karena faktor emosional. Di sinilah, debat capres menjadi rusak. Semakin rusak ketika debat diwarani dengan adu joget. Sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Dalam debat malam ini, kita juga ingin lihat bagaimana kecerdasan Anies Baswedan bertanya kepada Prabowo, dan kenakalan Ganjar menggoda emosi Prabowo? Harapan publik: debat malam ini lebih menarik dari debat-debat sebelumnya. Tidak ada lagi capres yang emosional. Publik menunggu gagasan-gagasan cemerlang dari pada capres.
Satu hal yang perlu diperhatikan: "Jangan merasa jadi korban debat ketika tidak bisa menjawab. Lalu, di luar teriak-teriak yang tidak proporsional. Playing victim-lah...". Itu sikap pengecut !
Jakarta, 4 Pebruari 2024
Baca juga:
PKS Trenggalek Tolak Kenaikan BBM Bersubsidi
|
Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa